Membuat Studio Rekaman
Berkat perkembangan teknologi, memiliki studio rekaman sendiri bukanlah menjadi hal yang sulit. Berawal dari sebuah perangkat home recording, Anda dapat mengemasnya melalui ruangan yang di-treatment khusus secara akustik dan memperhatikan noise controller untuk mewujudkan sebuah studio rekaman.
Era digital telah melakukan perubahan besar di industri rekam. Jika di era analog, kita harus merogoh kantong teramat dalam hanya untuk membeli sepotong mixer. Namun, kini fungsinya telah dapat tergantikan dengan software-software yang dijalankan oleh sebuah personal komputer. Selain kemudahan, harga yang bisa ditekan juga membuat kegiatan rekaman dapat dilakukan oleh siapa saja yang tertarik. Umumnya, bagi yang memimpikan memiliki studio rekaman, mengawalinya dengan membuat sebuah home recording tanpa ruangan khusus dan dengan peralatan yang minim. Setelah itu, bisa berlanjut ke arah yang lebih “serius”, yakni dengan mengemasnya dalam sebuah studio, perangkat, dan sistem yang lebih komplet, termasuk membangun minimal dua ruang studio, yang nantinya akan berfungsi sebagai ruang kontrol dan ruang take. Bagi Anda yang penasaran sekaligus ingin membangun sebuah studio rekaman, bisa mengikuti ulasan berikut ini:
Agus Hardiman (Praktisi Audio Recording)
“Sesuaikan dengan Budget”
Untuk membuat studio rekaman, menurut Agus Hardiman yang merupakan seorang praktisi audio, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah masalah budget. “Sebelumnya perlu ditetapkan, budget-nya berapa?, Standarnya seperti apa?, Kebutuhannya sampai di mana?, dan seterusnya?, ujar Agus yang juga pemilik sekolah studio rekaman di Jakarta. Menurutnya, kebutuhan itu secara umum menyangkut kepada berapa chanel/input yang diperlukan. Apakah cukup, misalnya 8 dan 16 chanel simultan saja atau harus 24 chanel input. “Semakin banyak semakin baik,” tambahnya. Dalam membuat studio rekaman, Agus yang juga seorang penulis buku ini memaparkan 4 komponen dasar yang mesti dimiliki kalangan pemula, yaitu:
- Seperangkat alat musik
- Seperangkat alat recording
- Akustik studio
- Noise control studio
Alat Musik dan Alat Rekaman
Untuk kelengkapan alat musik, Agus kembali membagi berdasarkan kelasnya. Pembuat studio dapat memilih alat musik dari kelas bawah, menengah hingga atas. Semua bergantung budget. Jangan dilupakan, alat musik yang tersedia mesti lengkap. Hal ini untuk mengantisipasi rekaman band/live.
Sedangkan alat-alat rekaman seperti mikrofon, sound card, speaker monitor, dan preamp mikrofon adalah perangkat yang paling basic. Boleh juga ditambah midi controller atau keyboard controller. Berbeda dengan keyboard controller, midi controller tidak bersuara karena langsung dihubungkan dengan monitor komputer.
Akustik Studio dan Noise Control Studio
Noise control studio sangat bergantung dari bahan-bahan yang ada di studio tersebut. Umumnya, noise control ini mengupayakan agar tidak ada suara yang keluar dari studio. Sehingga melalui bahan, material, dan desain ruangan membentuk sebuah noise control yang mampu mencegah suara bocor. Sedangkan akustik studio, dititikberatkan untuk membuat suara lebih enak didengar.
Tahap Lanjutan
Untuk menambah kualitas hasil rekaman yang dilakukan, perangkat dasar untuk kebutuhan rekaman yang telah disebutkan di atas dapat dikembangkan melalui penambahan alat-alat, seperti audio processor, Digital Signal Processing (DSP) card, dan monitor controller.
Audio processor adalah alat yang digunakan untuk memproses suara agar kualitasnya (terutama karakternya) menjadi lebih bagus. Contohnya suara vokal yang cempreng dapat dimanipulasi/dibuat bagus dulu, baru kemudian direkam. Sekadar tahu, saat pemakaian audio processor, waktu rekaman suara tidak langsung masuk ke sound card, namun diolah dulu oleh audio processor tersebut. Audio processor sendiri, terdiri atas kompressor, EQ, multi effect, dan reverb dalam komposisi musik. Untuk pemula dan ber-budget sedikit, tak terlalu disarankan menggunakan audio processor. Karena harga sebuah audio processor bisa sangat mahal dan menyita hampir keseluruhan budget Anda. Lebih baik memaksimalkan kemampuan sound card atau mengakalinya dengan membeli software-nya saja.
Proses rekaman dimulai dari recording, editing, mixing, dan mastering. Pemakaian DSP card, misalnya UAD2 digunakan saat mixing dan mastering. DSP card ini diletakkan di dalam personal computer. Ini merupakan tahap lanjutan dari software khusus yang telah plug-in di dalam komputer, bagi kelas pemula ber-budget rendah.
Sedangkan monitor controller merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk mengatur bunyi, terutama dari speaker-speaker. “Kita dapat mengatur mau bunyi dari speaker yang mana,” kata Agus. Cukup dengan menekan satu tombol, suara dapat berpindah dari speaker yang satu ke speaker yang lainnya. Jika yang manual, hal ini sangat merepotkan karena harus melepas-pasang kabel. Hal ini berhubungan dengan pemakaian speaker monitor. Menurut Agus, pemakaian satu speaker monitor saja bisa dilakukan. Namun, ia menganjurkan untuk menggunakan minimal 2 speaker, “Lebih sekadar untuk mencari referensi,” ujarnya.
Tips Memilih Perangkat Dasar untuk Rekaman
Speaker Monitor: Dalam memilih speaker monitor yang bagus, disarankan mencari speaker yang respons frekuensinya mendekati flat. Dengan kata lain, apa yang ada telah terekam di dalam komputer, maka persis seperti itu pulalah ketika di-playback. Sebisanya dengan tanpa pewarnaan suara sama sekali.
Selain itu, harap diperhatikan pula detail image atau separasinya. Sepasang speaker monitor yang buruk, tidak dapat dirasakan separasi image-nya. Sedangkan speaker monitor yang bagus, selalu mampu menyajikan image/separasi suara yang jelas dan dengan detail yang baik. Yang terakhir, ketika memilih speaker monitor adalah pastikan bahwa frekuensinya balance.
Mikrofon: Mikrofon yang ideal adalah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Contoh kasus untuk penyanyi dengan suara melengking, membutuhkan mikrofon dengan karakter yang berbeda dengan penyanyi bersuara rendah. Dapat disimpulkan bahwa mikrofon yang berbeda menghasilkan suara dengan karakter yang berbeda pula. Hal ini tidak hanya berlaku untuk vokal saja, melainkan juga pada alat musik lainnya. Soal kuantitasnya, dalam sebuah studio rekaman minimal tersedia 8 buah mikrofon dengan jenis yang berbeda.
Sound Card: Pemilihan sound card biasanya berhubungan dengan berapa banyak input/chanel yang akan direkam. Pilihlah sound card dengan kualitas audio yang terbaik yang mampu kita beli. Tentunya dengan driver yang stabil dan kompatibel dengan sistem pengoperasian yang digunakan (misalnya windows XP atau lainnya). Pastikan sound card yang dipilih memiliki dinamika yang tinggi. Saat ini perkembangan sound card bisa sampai tak terbatas, karena pemakaiannya bisa paralel. Untuk sebuah studio, disarankan menggunakan paling sedikitnya 8 chanel simultan.
Mic Preamp: Karena level mikrofon yang kecil, maka dibutuhkan penguatan, yakni preamp untuk mikrofon. Dewasa ini, paling tidak tersedia 2 jenis preamp mikrofon, yakni yang transparant dan yang colouring. Untuk yang transparant, preamp-nya bertugas hanya menguatkan saja, tanpa memberi pewarnaan khusus pada sinyal awalnya. Sedangkan untuk preamp yang jenis colouring, dapat menjadikan suara menjadi lebih bagus dari suara aslinya. Sebuah studio rekaman, biasanya membutuhkan kedua jenis preamp mikrofon ini.
Midi Controller dan Keyboard Controller. Kapan harus menggunakan midi/keyboard controller? Jika hanya ingin mengandalkan sound dari software, maka sudah cukup menggunakan midi controller saja. Midi controller juga menjadi pilihan menarik, karena harganya yang lebih murah dibanding keyboard controller. Contohnya untuk yang 4 oktaf dapat dibeli dengan harga sekitar 12 juta saja. Namun, semuanya kembali ke soal kebutuhan. Sebuah keyboard bisa digunakan untuk hal selain rekaman, yakni bisa juga diajak perform secara langsung di panggung. Sedangkan bila akan menggunakan midi controller untuk perform live, maka kita harus juga membawa serta perangkat pendukung lainnya, seperti komputer dan sound card.
Software Paling Powerful
Karena persaingan yang amat ketat, para pembuat software membuat satu teknologi yang tak terlalu jauh satu sama lain. Jadi, boleh dibilang kemampuan satu software dengan software lainnya hanya beda tipis saja.
Agus menuturkan bahwa dengan demikian untuk pemakaiannya, ia mengembalikan kepada si pengguna. “Lebih comfort mengunakan yang mana?,” ujar Agus. Menurutnya lagi, sebaiknya si pengguna software telah mencoba seluruh software yang ada, baru menentukan mana yang terbaik dan paling cocok untuk lebih didalami.
Untuk studio rekaman, terdapat software utama yang disebut dengan Digital Audio Workstation (DAW). Pada software ini, kita dapat melakukan proses recording, mixing hingga mastering lengkap di satu fasilitas. Umumnya, satu studio menggunakan satu jenis DAW saja. Namun untuk studio yang disewakan, ada baiknya menyediakan lebih dari satu DAW untuk antisipasi penyewa yang menggunakan DAW berlainan. Software dalam DAW ini memegang peranan vital dalam sebuah studio rekaman, namun yang paling utama adalah bagaimana penguasaannya karena hal itu akan mempengaruhi hasil.
Budget
Bagaimana dengan budget? Berapa yang dibutuhkan untuk membuat studio rekaman yang standar? Untuk itu, Agus mengira-ngira bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat-alat rekaman (diluar ruangan dan alat musik) sebesar Rp20 juta hingga Rp30 jutaan, “Itu jenis basic yang semuanya memakai plug in,” pungkasnya. Sumber: audiopro.co.id
No comments:
Post a Comment